Youtube

Syeikh Ramadhan Al-Buthi: Kisah Menarik Sultan Zahir Baibars dan Imam An-Nawawi

02 Sep 2020 11:11 WIB
1660
.
Syeikh Ramadhan Al-Buthi: Kisah Menarik Sultan Zahir Baibars dan Imam An-Nawawi

Pemimpin adalah panutan rakyat. Teladan terdepan dalam tindak-tanduknya. Untuk itu, sebuah kaidah usul yang menyatakan bahwa keputusan seorang pemimpin harus berdasarkan maslahat, patut menjadi renungan dan pegangan. Syeikh Ramadhan Al-Buthi dalam suatu kesempatan bertutur kisah menarik antara Sultan Zahir Baibars dan Imam An-Nawawi.

Zahir Baibars bernama lengkap Sultan Zahir Ruknu Din Baibars Al-Bunduqdari (1260-1277 M). Seorang sultan dari Dinasti Mamluk dan kekuasaannya meliputi Mesir dan Syria. Suatu ketika sang sultan meminta fatwa kepada pemuka agama, termasuk Imam An-Nawawi.

Sultan Zahir Baibars ingin memungut upeti dari penduduk untuk memenuhi kebutuhan kas negara. Ketika itu, Kerajaan Mamluk membutuhkan dana besar untuk menghalau pasukan musuh yang mengepung negara.

Imam An-Nawawi memberikan jawaban atas permintaan tersebut dengan mengatakan, “Boleh, tapi dengan syarat semua kemewahan yang ada, harus diserahkan kepada kas negara.”

“Apabila semua hal tersebut belum mencukupi, maka boleh menutup kekurangannya dengan cara mengumpulkan tarikan harta dari penduduk.” tutur sang imam yang bernama lengkap Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi tersebut.

Rupanya jawaban sang imam tak memuaskan Zahir Baibars. Lalu sang Sultan melempar tanya, “Siapa dari kami yang memiliki kemewahan itu?"

"Engkau punya." Imam An-Nawawi balas menimpali.

Lalu, Sang Imam yang terkenal zuhud ini menjelaskan pernak-pernik kemewahan sang sultan. Pelayan, dayang-dayang dan beberapa perabotan emas seperti pin dan semacamnya. Tentu hal itu jelas-jelas kemewahan yang bukan menjadi hal yang prinsip ketika negara sedang genting.

“Itu semua adalah kemewahan yang kau punya,” kata Imam An-Nawawi, “masukkan semua ke kas negara, untuk tujuan yang engkau katakan tadi, lakukan itu dulu.”

“Bila itu tak cukup, engkau boleh mengumpulkan harta dari penduduk," Urai sang Imam pemilik kurang lebih 40 karya dalam berbagai disiplin keilmuan tersebut.

Rupanya tak ada kata sepakat antara sang imam dan sultan. Keduanya berdebat sengit perihal “kemewahan” yang dalam bahasa modern sekarang dikenal dengan istilah special privelege seorang pemimpin.

Sultan Zahir Baibars bersikukuh bahwa apa yang dia dapatkan itu adalah hal lumrah. Namun tidak demikian bagi Imam An-Nawawi. Menurut beliau, dalam keadaan genting tak sepatutnya seorang pemimpin masih mempertahankan special privelege.

Perdebatan terjadi di istana raja, dan Sultan Zahir Baibars ketika itu sedang duduk di singgasana. Di belakang singgasana, terdapat hiasan dinding yang indah dari kulit harimau. Dalam beberapa bagian di dinding ruangan juga terdapat ornamen serupa. Karena tak ada titik temu, Imam An-Nawawi lalu berkata:

“Engkau bisa memahami apa yang saya katakan. Kalau tidak, keduanya ini akan saya kerahkan padamu." Sembari menunjuk dua ornamen yang berada di kanan dan kirinya.

Sang sultan menoleh ke kanan dan kirinya, dia mendapati dua mulut harimau menganga menghadap padanya . Kisah ini terdapat dalam biografi Imam An-Nawawi karya Imam As-Sakhawi.

Kadarisman Ahmad
Kadarisman Ahmad / 7 Artikel

Penikmat kopi dan penyuka hujan. Aktif menulis, menerjemah dan mbakul buku. Kini tinggal di Malang, Jawa Timur.

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: