Artikel

Nabi Isa dan Pelajaran Tentang Bahaya Sifat Serakah

19 Feb 2021 08:04 WIB
2148
.
Nabi Isa dan Pelajaran Tentang Bahaya Sifat Serakah

Diriwayatkan dari Jarir dari Laits, dia bercerita: ada seseorang yang menemani Nabi Isa.

“Saya akan menemani anda, wahai Nabi Allah,” kata lelaki tersebut.

“Baik.” jawab Nabi Isa.

Keduanya berjalan hingga sampai di pinggir sungai. Kemudian Nabi Isa mengeluarkan bekal, berupa 3 potong roti. Nabi Isa memberikan 1 potong roti kepadanya, sementara 1 potong lagi dimakan. Praktis, roti hanya tinggal 1 potong.

Selesai makan, Nabi Isa bergegas ke sungai untuk minum. Saat kembali, sisa 1 roti tadi menghilang. “Siapa yang mengambil sisa roti?” selidik beliau.

Lelaki tersebut mengelak,Tidak tahu.”

Keduanya melanjutkan perjalanan. Di pertengahan jalan, mereka berdua bertemu dengan kelinci yang ditemani dua serangga. Dengan mukjizatnya, Nabi Isa memanggil kelinci. Hewan mungil tersebut mendekat dan menyerahkan diri untuk disembelih. Nabi Isa kemudian memanggangnya, lantas menyantap bersama dengan lahap.

Selesai makan, Nabi Isa kembali menunjukkan mukjizat. Beliau berseru,Wahai kelinci, bangunlah atas ijin Allah!“

Seketika kelinci yang hanya tersisa tulang belulangnya itu berdiri seperti sedia kala.

Nabi Isa kembali menoleh ke lelaki yang menemaninya. “Atas nama Allah yang telah memperlihatkanmu mukjizat ini, tolong beritahu saya siapa yang mengambil sisa roti kita?”

Lelaki tadi tetap bersikukuh,Saya tidak tahu.”

Perjalanan berlanjut hingga keduanya sampai di sebuah lembah penuh air. Nabi Isa kemudian meraih tangan lelaki yang menemaninya seraya membawanya berjalan di atas air untuk menyebarang.

Sesampai di seberang lembah yang lain, Nabi Isa kembali bertanya,Demi Zat yang memperlihatkanmu mukjizat ini, siapa sebenarnya yang telah mencuri sepotong roti yang tadi?”

Namun lelaki tersebut tetap mengaku tidak tahu.

Akhirnya, keduanya sampai di sebuah dataran tinggi berpasir. Nabi memilih duduk sebentar beristirahat sambil mengumpulkan tanah dan pasir di hadapannya. Beliau kembali mengeluarkan mukjizatnya,Wahai tanah, jadilah emas!” Seketika tanah di tangannya berubah menjadi emas.

Nabi Isa membaginya menjadi tiga bagian.Satu bagian untukmu, satu bagian untuk saya, dan satu lagi untuk orang yang mencuri roti.” kata beliau.

Mendengar ucapan Nabi Isa, lelaki tersebut sontak saja langsung mengaku,Sayalah yang telah mengambil roti itu, wahai Nabi Allah.”

“Jika begitu, ini ambil semua!” ucap nabi Isa seraya meninggalkan lelaki tersebut.

Dalam perjalanan selanjutnya, lelaki tersebut berjumpa dengan dua orang yang mengetahui bahwa dia membawa emas. Keduanya bermaksud jahat, namun lelaki tersebut memilih berdamai.

Begini saja. Saya akan membagi emas ini untuk kita bertiga. Sekarang saya lapar, tolong belikan makanan ke pasar!” pintanya.

Salah seorang di antara mereka mengalah pergi ke pasar. Sepulang dari pasar timbul niat jahat dalam hati.Saya akan masukkan racun ke dalam makanan yang saya beli supaya emas itu jadi milikku semuanya.” bisiknya dalam hati.

Sementara dua orang yang menunggu makanan juga bersekongkol jahat.Bagaimana kalau kita bunuh saja dia saat sudah sampai di sini? Terus kita bagi berdua saja emas itu.”

“Ok.” kata yang satunya bersepakat.

Saat yang membeli makanan mendekat, kedua temannya segera menikamnya hingga mati. Keduanya girang karena bagian emasnya semakin banyak. Lantas keduanya memakan dengan lahap makanan yang telah dibubuhi racun hingga keduanya juga tersungkur tewas.

Saat melewati TKP ketiga mayat tersebut, Nabi Isa menoleh pada semua hawariyyun (santri-santrinya) sembari bersabda,Beginilah dunia. Maka berhati-hatilah, kalian!”

Kisah ini dimuat dalam kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali dalam bab yang menerangkan tercelanya sifat bakhil dan cinta dunia. Lihat bagaimana iming-iming mukjizat seorang Nabi Isa tak sanggup menggugah hati yang diliputi cinta dunia, berupa keserakahannya pada sepotong roti.

Sihir dunia terkadang lebih memesona bagi seorang yang dibutakan oleh ambisi dan keserakahan dari mukjizat sekalipun.

Pernah ada seorang kiai muda bercerita pada saya. Dia pernah menginterogasi seorang santri yang dicurigai mencuri. Segala cara dilakukan oleh sang kiai agar santri nakal tersebut mengaku: dipukuli, dibentak, dihadirkan saksi. Namun si santri nakal selalu berkelit. Akhirnya kiai muda kehabisan ide.

“Sudah. Kalau kamu gak mau mengaku, saya akan mendoakan dan mengutukmu supaya hidup melarat dan miskin” tutup sang kiai dengan nada tinggi.

Ternyata ucapan pamungkasnya berhasil. Santri nakal mengakui bahwa dia mencuri.

Sambil tersenyum, kiai muda menyimpulkan bahwa manusia lebih takut miskin daripada pukulan dan sanksi apapun. Kecintaan terhadap dunia sudah menjadi naluri manusia, tak ada yang salah. Hanya bagaimana kita mengaturnya sehingga tak sampai mendominasi dan mengontrol kesadaran kita.

Dawuh sayyidina Hasan bin Ali,Taruhlah harta di tanganmu. Jangan taruh di hatimu!”

Abdul Munim Cholil
Abdul Munim Cholil / 44 Artikel

Kiai muda asal Madura. Mengkaji sejumlah karya Mbah Kholil Bangkalan. Lulusan Al-Azhar, Mesir. Katib Mahad Aly Nurul Cholil Bangkalan dan dosen tasawuf STAI Al Fithrah Surabaya

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: