Artikel

Menziarahi Masjid Tua Mapane: "Titik Nol" Islam di Tanah Poso

08 Aug 2020 05:52 WIB
1602
.
Menziarahi Masjid Tua Mapane: "Titik Nol" Islam di Tanah Poso

Idul Adha kemarin saya bersama Gus Najih Ramadhan, dan kawan-kawan pengurus PCNU Poso berkesempatan menziarahi komplek kampung tua, makam, sekaligus masjid kuno Mapane yang terletak di kawasan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Komplek kampung tua Mapane inilah yang menjadi titik mula sejarah Islam di Tanah Poso, karena tonggak awal proses islamisasi Tanah Poso dimulai dari kampung ini.

Menariknya, sejarah proses islamisasi Poso melibatkan jaringan yang kosmopolitan. Jalur dakwah Islam di Poso berasal dari pelbagai arah, di mana di sana terdapat unsur Sumatera (Minangkabau), Sulawesi Selatan (Bugis, Mandar), Ternate dan Jawa. Di masa yang lebih belakangan, wilayah Palu di Sulawesi Tengah juga memiliki peran yang sangat besar dalam proses ini di Poso melalui sosok Sayyid Idrus b. Salim al-Jufri (w. 1969) dan organisasi "Al-Khairat"-nya yang berhaluan tradisionalis (Aswaja).

Di antara sosok yang terlibat dalam bentangan sejarah ini adalah Datuk Karama (Syaikh Abdullah Raqi), seorang ulama asal Minangkabau yang menjadi salah satu tokoh sejarah islamisasi kawasan Sulawesi Tengah di abad ke-17. Makam beliau berada di kota Palu dan menjadi salah satu "keramat sejarah Islam" di sana.

Sosok lainnya yang lebih memiliki pengaruh besar dalam sejarah islamisasi Poso adalah Andi Baso Ali yang hidup pada akhir abad 19 M dan awal abad 20 M. Andi Baso Ali dicatat sebagai sosok seorang saudagar kaya yang berasal dari Kesultanan Luwuk di Palopo (Sulawesi Selatan). Ia kemudian "membuka" kampung Mapane, mendirikan rumah besar dan masjid di sana. Makam Andi Baso Ali dan keluarganya pun terdapat di Mapane.

Rumah, masjid dan makam Andi Baso Ali masih ada hingga saat ini dan dapat kita ziarahi. Masjid tersebut berbahan utama kayu berukir, berukuran tidak terlalu besar. Dalam catatan sejarahnya, masjid ini didirikan pada tahun 1923. Menurut tradisi masyarakat setempat, masjid tersebut dikenal dengan nama Masjid Nunu. Hal ini karena di dekat masjid pada saat itu terdapat pohon "Nunu", yang dalam bahasa Poso berarti "Beringin".

Hal menarik lainnya dari sosok Abdi Baso Ali dan kampung Mapane ini adalah perjumpaannya dengan sosok Albert Christian Kruyt, seorang tokoh penginjil Belanda yang tiba di Mapane pada tahun 1892. Saat tiba di Mapane, Kruyt diterima dengan penuh hormat dan hangat oleh Andi Baso Ali. Tak hanya itu, Andi Baso Ali bahkan menemani Kruyt melakukan perjalanan ke wilayah pegunungan Poso untuk bertemu dengan warga pedalaman.

Saat itu, ada semacam "kesepakatan" antara Andi Baso Ali dan Kruyt, bahwa misi kristenisasi yang dilakukan oleh Kruyt hendaknya tidak dilakukan di kawasan pesisir pantai, karena penduduk Poso di wilayah pesisir pantai telah memeluk agama Islam. Dakwah kristenisasi Kruyt pun akhirnya menyisir wilayah pegunungan.

Pada pertengahan abad ke-20, arus baru yang berasal dari Palu kian mewarnai proses sejarah islamisasi di Poso. Arus ini dibawa oleh tokoh ulama besar dan kharismatik yang bernama Sayyid Idrus b. Salim al-Jufri serta organisasi-madrasahnya, Al-Khairat.

Sekira tahun 1948, Sayyid Idrus mendarat di Mapane dan menziarahi masjid tua Mapane. Di kampung itu pula, Sayyid Idrus kemudian mendirikan Madrasah Al-Khairat yang masih ada hingga saat ini.

Secara kultural, mayoritas Muslim Poso menganut faham Islam tradisional. Karena itu pulalah, banyak tokoh Muslim di Poso yang berasal dari unsur Al-Khairat, yang disebut "Abna Al-Khairat".

Menariknya, bayak dari para "Abna al-Khairat" di Poso ini juga terafiliasi dan aktif sebagai pengurus Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Poso. Hal ini tidak mengejutkan, karena antara Al-Khairat dan NU memiliki sumber haluan yang sama, hubungan sejarah yang dalam, dan koneksi jaringan intelektual yang erat. Wallahu A'lam.

Poso-Jakarta, Zulhijjah 1441 H/ Agustus 2020 M

A. Ginanjar Syaban
A. Ginanjar Syaban / 75 Artikel

Nama lengkapnya Dr. Ahmad Ginanjar Sya'ban, MA. Filolog Muda NU ini adalah pakar naskah Islam Nusantara. Sehari-hari menjadi dosen di UNU Jakarta, dan aktif menulis juga menerjemah buku-buku berbahasa Arab.

Syarifah Laila
08 January 2023
Assalamualaikum, saya TDK jauh yg punya sodra dr mesjid tua mapane itu bg,gimna cara saya mengetahui luasnya krna sodra nenek2 saya bersal dr kota foso itu,dan keturunan saya Al-idrus,nenek saya dulu merantau ke Aceh.dan TDK kmbli LG kesna, kata Almarhum beliau beliau punya sodra juga keturunan habib2 seperti habib Hasibuan dan habib hasan.adakah no hp/ atau wa ABG yg saya ingin tau ttg jlsnya bg,mohon maaf kdg ada kata2 saya yg kurg enk, Assalamualaikum

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: